About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Wednesday, March 31, 2010

Statis

Saya sering berpikir kenapa kita harus tersekat oleh perbedaan. jika perbedaan itu tidak terlalu berpengaruh terhadap interaksi, Saya rasa masih bisa ditolerir. Namun terkadang yang membuat Saya marah adalah jika perbedaan itu lantas melekat dan itu tidak bisa membuat kita menyatu dengan yang lainnya.

Kadang kemarahan itu selalu muncul apabila menghadapi sebuah kenyataan yang ternyata sama sekali tidak bisa diubah.
*kenyataan apa?
kenyataan yang Saya maksud adalah kenyataan dimana saat Saya menyadari bahwa tidak mungkin hal itu terjadi..

Saya merasa hidup menjadi statis. entahlah..

Monday, March 22, 2010

Assurance

Seorang anak bertanya dengan lugu kepada ayahnya yang sedang duduk sambil menghisap sebatang rokok di sudut teras depan rumah.

"Ayah, apakah besok ayah akan mengantarkan aku berangkat sekolah?"
Laki-laki yang ditanya hanya diam dan tetap melanjutkan aktivitasnya, merokok.

Melihat reaksi dari si Ayah, anak tersebut melanjtkan pertanyaannya dan kali ini berbeda:
"Ayah, besok kita jalan-jalan ya? setelah aku pulang sekolah, kita jalan-jalan. ya?"
Lagi-lagi yang ditanya hanya diam dan tidak menjawab.
kali ini si anak bertanya sambil menggenggam tangan ayahnya.Erat.

"Ayah... Capek ya?"
Kali ini ayahnya sedikit tersentak lalu dengan sigap mengangkat tubuh anak tersebut ke atas pangkuannya. laki-laki itu tersenyum dan mengelus kepala anak yang daritadi bertanya kepadanya. tak satu patah kata pun yang keluar dari mulut si ayah. hanya belaian lembut di kepala anaknya yang bisa ia berikan. Anak itu kemudian merebahkan kepalanya di dada si ayah. tempat dimana anak itu bersandar terasa hangat dan sangat kokoh. bidang namun menenangkan. tanpa terasa anak itu pun tertidur pulas.

lima belas tahun kemudian...


Seorang gadis menghampiri ayahnya dan langsung memeluknya. ayahnya hanya melirik sedikit kemudian kembali meneruskan aktivitasnya, membaca koran. gadis tersebut terus memeluk ayahnya selama beberapa menit tanpa mengucapkan sepatah katapun. ia hanya bergelayut manja sambil mencuri-curi pandang kepada apa yang ayahnya baca. ayahnya juga masih diam dan terus saja membaca. entah mengapa tiba-tiba gadis ini tersenyum sambil menatap ayahnya. si ayah melirik sebentar dan kemudian membalas senyuman anak gadisnya. tak lama setelah itu si gadis ini pun tertidur. sambil melingkarkan tangan di pinggang ayahnya ia terlelap. sama seperti lima belas tahun yang lalu. saat ia tertidur di atas pangkuan ayahnya, saat inipun itu terjadi. tak pernah ada kata-kata yang terucap dengan jelas dan tak pernah ada suara yang digaungkan.mungkin dulu saat gadis ini belum menyadari bahwa "diam" adalah satu hal yang bisa ayahnya lakukan untuk mengekspresikan kasih sayangnya, ia sering mengeluh dan mengadu kepada ibunya. tapi suatu waktu ibunya berkata padanya:

"itulah ayahmu. diam dan tak bisa ditebak. tapi satu hal yang pasti, ibu berani jamin itu sampai kapanpun, ayahmu sangat menyayangi kita semua."

yah..mau bagaimana lagi?
satu hal yang pasti, itu saja yang perlu gadis itu ketahui.tidak kurang , tidak lebih.


*Dad,Mom,,I miss you so much..Wish I were there..

Thursday, March 18, 2010

Secangkir Macchiato

Sebenarnya bukan sesuatu yang luar biasa kecuali rasa pahit ketika pertama kali Kami menyeruput secangkir mini Macchiato hangat tanpa gula, susu, maupun campuran karamel di beranda rumah. Seorang laki-laki berkata pada Kami bahwa itu adalah rasa favoritnya sejak lama. Kami hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala mendengar ceritanya. Tidak terlalu fokus pada perbincangan dan juga kisah-kisah yang dia tuturkan, Kami hanya melayangkan pandangan kosong untuk sekedar menghargainya. Kami coba seruput sekali lagi cangkir supermini yang ada di tangan. Dengan mata menyipit karena rasa getir di lidah, Kami susah payah menelan sisa Macchiato di akhir perbincangan santai itu.

Tapi akhirnya kami sadar. Sebenarnya bukan getir dan pahitnya yang harus kami ingat. Mahalnya sebuah kebersamaan yang terjalin itu sepertinya benar-benar sulit untuk ditebus kembali. Namun Kami akan terus mengenang sore itu. Sore dimana Kami benar-benar mendapat sebuah kenangan sekaligus pelajaran berharga bahwa ternyata tidak semua kepahitan itu harus dilewatkan dan disesalkan karena sesungguhnya dibalik itu semua pasti ada berkah yang tersimpan.